Assalamu’alaikum Wr. Wb
Sudah Genap satu minggu, saya tidak memposting apa-apa di blog ini.
Barangkali, saya disibukan dengan aktivitas di dunia nyata (UTS) yang
menguras fisik dan psikis saya, mohon dimaklum dan do’anya *wajah
memelas*. Faktanya, UTS masih saya jalani. Karena ada beberapa hal yang
mendesak, maka saya luangkan sedikit waktu untuk menulis postingan ini.
Sengaja saya menulis postingan ini, untuk menyemangati sekaligus
membuka mata, khususnya untuk diri saya pribadi dan seseorang disana
*kiwwkiww* dan umumnya kepada para reader setia blog ini. (Kalian luar
biasa) *prokkprokprokk*
Seperti yang tertera di judul, mungkin paradigma teman-teman berbeda
beda satu dengan lainnya. Menurut saya itu wajar, karena pertama “judul
itu ambigu” dan kedua “judul itu berpeluang multitafsir” dan terakhir
“meski judul itu ambigu dan multitafsir tetap saja saya suka” Kenapa ?
karena keambiguan akan mengundang kita untuk bertanya-tanya dan mencari
tahu, benar kan ? dan multitafsir sangat mendorong nalar kita untuk
lebih berlogika ria *wkwkwkw*
Kebanyakan, orang-orang pasti berpikir soul dari postingan ini
adalah menceritakan kegalauan akan kehidupan dan membuat kita
membencinya. Padahal bukan itu, teman-teman jangan terjebak dengan judul
diatas. dan mencoba kemngkinan-kemungkinan lain. *so cool*
Manasuka hidup, bukanlah “Manasuka Hidup ?” atau “Hidup Manasuka”
karena apabila ditinjau dari segi semantik (ilmu tentang makna) akan
berbeda. Menurut KBBI Manasuka adalah kata lain dari sesuka hati, atau
dalam bahasa sunda mah Kumaha didinya, atau dalam bahasa jawa sakarepmu bae, dan
sinomim-sinonim lainnya. *wkwkwk *. Berarti Manasuka hidup ialah hidup
yang kita jalani sekarang dan seterusnya selalu berada dalam kendali,
sesuka hati. Artinya, kita menginginkan hidup berada dijalur yang selalu
kita sukai.
Tapi, dalam kenyataannya hidup tak selalu sesuai dengan apa yang kita
ingin, kan ? atau hidup selalu lebih kejam daripada sekadar yang kita
harap, kan ? Yah begitulah hidup, dan memang inilah hidup. Kita tak
cukup kuat untuk selalu hidup menyenangkan. Kita selalu tak cukup hebat
untuk menandingi kuasa dan kehendak Tuhan. Kita hanya perlu pasrah dan
terus berdo’a supaya Tuhan mengembalikan kehidupan ini kejalan yang kita
inginkan, tanpa membentur kaidah-kaidah ilahiah tentunya.
Misalkan, dari SD-SMA kita selalu menjadi nomor wahid dalam bidang matematika. Bahkan seluruh classmate menjuluki
kita si Dewa Matematika. Itu berarti kita sudah hidup terbiasa menjadi
yang terbaik di bidang matematika. Dan selalu menginginkan hidup yang
seperti ini kedepannya.
Akan tetapi, ketika kita duduk di bangku perkuliahan, jurusan
matematika. Kita baru menyadari, bahwa kita hanyalah seongok daging
kecil dari sekumpulan steak mewah. Orang lain selalu selangkah lebih depan dibanding kita. Dan itu sangat membuat kita stress dan down.
Bagaimana tidak ? kita sudah terbiasa hidup dengan bergelimang pujian.
Kita selalu hidup sesuai dengan keinginan. Sekalinya hidup out of control kita malah terpuruk dan jatuh.
Lalu apa yang harus aku. kamu, dan kalian lakukan ?
Sederhana saja, kita hanya perlu menyadari bahwa “diatas langit pasti
ada langit” artinya diatas kecerdasan kita pasti ada yang lebih cerdas
lagi dan lagi, begitu seterusnya. Kita juga perlu berusaha sekuat tenaga
untuk menyamaratakan diri diatas area langit yang baru dan baru lagi,
sampai tak hingga. Dengan begitu, setidaknya kita berada selapis diatas
langit yang kita duduki sebelumnya.
Dan ketika hidup tak sesuai keinginan, kita hanya perlu berhusnudzon kepada
Tuhan. Karena paradigma “hal” yang kita inginkan dan baik menurut
kacamata kita belum tentu sama baik di mata Tuhan. Mungkin itu hanya
sekadar nafsu lahiriah kita, atau Tuhan punya rencana yang lebih baik
daripada keinginan kita. Karena Tuhan lebih tahu diri kita daripada
dirisendiri kan ?
Jadi, selalu berintropeksi dan selalu rendah hati. Dan lebih realistis terhadap hidup yang kita jalani. itu saja.
on Kamis, 09 Juni 2016
EmoticonEmoticon