Unknown
Unknown › Opini

on Kamis, 09 Juni 2016

Manasuka Hidup

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Sudah Genap satu minggu, saya tidak memposting apa-apa di blog ini. Barangkali, saya disibukan dengan aktivitas di dunia nyata (UTS) yang menguras fisik dan psikis saya, mohon dimaklum dan do’anya  *wajah memelas*. Faktanya, UTS masih saya jalani. Karena ada beberapa hal yang mendesak, maka saya luangkan sedikit waktu untuk menulis postingan ini.

Sengaja saya menulis postingan ini, untuk menyemangati sekaligus membuka mata, khususnya untuk diri saya pribadi dan seseorang disana *kiwwkiww* dan umumnya kepada para reader setia blog ini. (Kalian luar biasa) *prokkprokprokk*

Seperti yang tertera di judul, mungkin paradigma teman-teman berbeda beda satu dengan lainnya. Menurut saya itu wajar, karena pertama “judul itu ambigu” dan kedua “judul itu berpeluang multitafsir” dan terakhir “meski judul itu ambigu dan multitafsir tetap saja saya suka” Kenapa ? karena keambiguan akan mengundang kita untuk bertanya-tanya dan mencari tahu, benar kan ? dan multitafsir sangat mendorong nalar kita untuk lebih berlogika ria *wkwkwkw*

Kebanyakan, orang-orang pasti berpikir soul dari postingan ini adalah menceritakan kegalauan  akan kehidupan dan membuat kita membencinya. Padahal bukan itu, teman-teman jangan terjebak dengan judul diatas. dan mencoba kemngkinan-kemungkinan lain. *so cool*

Manasuka hidup, bukanlah “Manasuka Hidup ?” atau “Hidup Manasuka” karena apabila ditinjau dari segi semantik (ilmu tentang makna) akan berbeda. Menurut KBBI Manasuka adalah kata lain dari sesuka hati, atau dalam bahasa sunda mah Kumaha didinya, atau dalam bahasa jawa sakarepmu bae, dan sinomim-sinonim lainnya. *wkwkwk *. Berarti Manasuka hidup ialah hidup yang kita jalani sekarang dan seterusnya selalu berada dalam kendali, sesuka hati. Artinya, kita menginginkan hidup berada dijalur yang selalu kita sukai.

Tapi, dalam kenyataannya hidup tak selalu sesuai dengan apa yang kita ingin, kan ? atau hidup selalu lebih kejam daripada sekadar yang kita harap, kan ? Yah begitulah hidup, dan memang inilah hidup. Kita tak cukup kuat untuk selalu hidup menyenangkan. Kita selalu tak cukup hebat untuk menandingi kuasa dan kehendak Tuhan. Kita hanya perlu pasrah dan terus berdo’a supaya Tuhan mengembalikan kehidupan ini kejalan yang kita inginkan, tanpa membentur kaidah-kaidah ilahiah tentunya.

Misalkan,  dari SD-SMA kita selalu menjadi nomor wahid dalam bidang matematika. Bahkan seluruh classmate menjuluki kita si Dewa Matematika. Itu berarti kita sudah hidup terbiasa menjadi yang terbaik di bidang matematika. Dan selalu menginginkan hidup yang seperti ini kedepannya.
Akan tetapi, ketika kita duduk di bangku perkuliahan, jurusan matematika. Kita baru menyadari, bahwa kita hanyalah seongok daging kecil dari sekumpulan steak mewah. Orang lain selalu selangkah lebih depan dibanding kita. Dan itu sangat membuat kita stress dan down. Bagaimana tidak ? kita sudah terbiasa hidup dengan bergelimang pujian. Kita selalu hidup sesuai dengan keinginan. Sekalinya hidup out of control kita malah terpuruk dan jatuh.

Lalu apa yang harus aku. kamu, dan kalian lakukan ?

Sederhana saja, kita hanya perlu menyadari bahwa “diatas langit pasti ada langit” artinya diatas kecerdasan kita pasti ada yang lebih cerdas lagi dan lagi, begitu seterusnya. Kita juga perlu berusaha sekuat tenaga untuk menyamaratakan diri diatas area langit yang baru dan baru lagi, sampai tak hingga. Dengan begitu, setidaknya kita berada selapis diatas langit yang kita duduki sebelumnya.
Dan ketika hidup tak sesuai keinginan, kita hanya perlu berhusnudzon kepada Tuhan. Karena paradigma “hal” yang kita inginkan dan baik menurut kacamata kita belum tentu sama baik di mata Tuhan. Mungkin itu hanya sekadar nafsu lahiriah kita, atau Tuhan punya rencana yang lebih baik daripada keinginan kita. Karena Tuhan lebih tahu diri kita daripada dirisendiri kan ?
Jadi, selalu berintropeksi dan selalu rendah hati. Dan lebih realistis terhadap hidup yang kita jalani. itu saja.